Latest Post

Target Program Pemerintah : Tahun 20l4 Tak ada Lagi BABS

Written By suararakyat on Saturday, July 28, 2012 | 12:02 PM

Slawi, (srtnews) – Sanitasi lingkungan adalah setatus kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan kotoran dan penyedia air bersih. Target pemerintah tahun 2014 tidak ada masyarakat yang BABS ( Buang Air Besar Sembarangan )dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan, pemerintah melalui DAK ( Dana Alokasi Khusus ) menyediakan program sanitasi lingkungan bagi masyarakat yang membutuhkan dilingkungan permukiman padat penduduk kumuh dan rawan sanitasi.

Menurut kepala DPU kab Tegal, Ir Sudaryono MT, melalui Kabid Cipta Karya, Anglir, bahwa, SLBM merupakan program berkelanjutan pemkab melalui melalui DPU kab Tegal bidang Cipta Karya sebagai fasilitator saja.  Program SLBM untuk tahun ini ada 3 kecamatan, yaitu kecamatan Talang, kecamatan Kramat, dan kecamatan Slawi. Serta dari ketiga kecamatan tersebut terdapat masing – masing hanya 2 desa.
Sedangkan khusus untuk kecamatan Slawi sudah devinitif atau sudah pasti mendapatkan program SLBM tersebut, diantaranya desa Kalisapu dan desa Kudaile. Namun untuk kecamatan Kramat ada 8 desa dan kecamatan Talang terdapat 7 desa. Kedua kecamatan tersebut masih dalam proses seleksi untuk dipilih desa mana yang pantas mendapatkan program SLBM tersebut.

“ Untuk program SLBM total nilai 2,6 Milyar untuk pembangunan 6 lokasi, sedang rencana anggarannya nantinya langsung ke rekening desa masing-masing yang mendapatkan, namun untuk proses pencairannya dibagi menjadi 3 termin, sedangkan untuk pelaksanaan pembangunannya sendiri waktunya hanya 3 bulan atau 90 hari kalender”. Tandas Anglir.

Anglir berharap, dengan adanya program DAK SLBM tersebut, tidak ada masyarakat yang BABS ( Buang Air Besar Sembarang ), dan selalu menjaga kebersihan, karena hidup bersih adalah pangkal kesehatan. Tambahnya kepada SR baru-baru ini.hdb/r(srtnews)®.

Kunjungan Mendikbud Yang Lalu Bentuk Apresiasi Dunia Pendidikan Signifikan

Slawi, (srtnews) – Carut- marutnya dunia pendidikan tampaknya harus mendapatkan perhatian signifikan, seperti halnya yang terjadi di kabupaten Tegal, banyaknya bentuk protes yang dilakukan oleh kalangan LSM maupun jajaran organisasi lainnya, tampak menjadi pecut perubahan system pendidikan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tidak menutup kemungkinan hal yang dilakukannya tersebut guna merubah system agar berjalan lebih baik dan tepat sasaran. 
 
Salah satunya dengan dana BOS yang  seharusnya ditujukan untuk membantu  meringankan siswa miskin yang kemudian dialihkan untuk pembelian buku bahasa Jawa yang hingga kini tampaknya menjadi bahan perbincangan dan pencarian solusi yang melibatkan berbagai unsur termasuk didalamnya kejaksaan dan kepolisian. Lalu seperti apa hasilnya ?, bagi masyarakat kabupaten Tegal khususnya hanya mampu berharap penyelesaian yang berpihak pada keadilan dan berguna untuk masyarakat dalam hal ini adalah siswa didik.
Lepas dari hal tersebut tampaknya ada hal yang membahagiakan dunia pendidikan yang didatangkan oleh salah satu bakal calon bupati  Tegal, M Jumadi, ST,MM,MBA. Kepedulian pendidikan tersebut diperhatikan secara signifikan dengan mendatangkan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, M Nuh, ke kabupaten Tegal, beberapa waktu lalu.

Kendati terbilang kedatangannya harus dengan system dan prosedural yang berlaku, namun bagi Jumadi tampaknya hal yang mudah, pasalnya manfaat dari kedatangan seorang Mendikbud RI sebagai salah satu langkah signifikan guna memperhatikan serta  meringankan dunia pendidikan. 

“ Kepedulian dunia pendidikan, sesuai dengan ikrar yang telah disampaikan adalah untuk membangun budaya pembelajaran berdasar ajaran agama, dan nilai karakteristik bangsa  dengan jujur dan berprestasi, menerima dan melaksanakan pendidikan yang anti korupsi, semuanya itu sebagai bentuk  penciptaan generasi yang lugas, loyal, jujur dan bersih dari korupsi” ujarnya. 

Sebagai salah satu usaha pencitraan bangsa sehingga mendatangkan seorang menteri tidak usah pakai repot, namun lugas penyampaian dan kedekatan signifikan, sehingga langkah menjadi lebih sigap dalam menyikapi permasalahan yang ada, salah satunya pula jelang UN. Bahwa kelulusan 100% bukan kebanggaan apabila dilakukan dengan tidak jujur, untuk itu bagaimana caranya agar dunia pendidikan ini berjalan dengan baik sesuai prosedur dan mampu menciptakan generasi yang sesuai dengan ikrar tersebut. 

“Itulah sebagai bentuk apresiasi signifikan kami terhadap dunia pendidikan, khususnya di kabupaten Tegal”, TandasnyaJumadi kepada SR belkum lama ini.hdb/dn(srtnews)®.

“ Wartawan “ Atau Wartawan ?

Oleh : Herdian Brayanto, S.Sos
Sejak kran kebebasan dan kemerdekaan pers di buka melalui pendongkrakan reformasi, ternyata hal itu bukannya bisa menghantarkan dunia pers atau kewartawanan kita semakin meningkatkan profesionalismenya, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, meski hal tersebut tidak berlaku bagi seluruhnya, karena masih ada yang selalu menegakkan profesionalisme sebagai pedoman kerjanya.

Kenapa hal ini sampai terjadi ?. Ada beberapa hal sebagai penyebabnya. Pertama : tidak sedikit penerbitan pers yang sejak lama pada jaman orba yang sangat merindukan diberinya pengakuan perizinan berupa SIUPP ( Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers ), yang ketika itu betapa berat dan tidak mungkinnya untuk bisa mendapatkannya lantaran terdapat salah satu syarat yang tidak terjangkau, yaitu harus memiliki permodalan sedikitnya Rp. l Milyar. Karena itu SIUPP bagi mereka yang memiliki penerbitan pers kecil ( lokal ) ketika itu bagai pungguk merindukan rembulan, bisa dibilang dengan istilah lainnya adalah sebuah khayalan. Maka begitu diberi kesempatan dan kebebasan, tidak sedikit yang memanfaatkannya dengan kebablasan.   

Penyebab lainnya, adalah, tersedianya perangkat peralatan yang memadai. Dan karenanya ketika itu cukup banyak penerbiatan pers yang terpaksa harus nekad, terus terbit dengan system kerja dan pemasaran umpet- umpetan, namun dikerjakan benar-benar professional, sehingga mampu mempertahankan eksistensinya melalui kedok media komunitas, meski pada akhirnya terkonang alias diketahui oleh yang berwajib dan harus mempertanggungjawabkannya.

Salah Mengartikan :
Kebebasan dan kemerdekaan pers, mestinya adalah “pintu sorga” bagi insan pers dari banyak hal. Sebab, disamping memiliki kebebasan untuk bisa mendapatkan informasi dan bebas dalam menyajikannya, juga bebas untuk menentukan sigmentasinya. Karenanya, semestinya hal ini akan membawa angin segar bagi insan pers dalam menjalankan profesinya. Akan tetapi pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya, banyak rekan kita insan pers yang dalam kehidupan dan menjalankan profesinya bagai hidup segan mati tak mau. Dan bukan sebatas itu saja terkadang pun harus siap untuk menerima pelecehan dari pihak lain, karena dinilai tidak professional dan kerjanya meleset dari rel aturan yang ada dan berlaku. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, adalah mereka yang dalam menjalankan profesinya bagai hanya menawarkan belas kasihan.

Lahir Dari Kandungan Beda :
Umumnya pers kita pasca reformasi, banyak yang lahir dari kandungan yang beda, bukan dari kandungan pers, sehingga jangankan para pekerja lapangannya, seperti reporter atau wartawannya menguasai ilmu kewartawanan yang mendasari langkah kerjanya, para pendirinya pun terkadang pula banyak yang lahir dari kandungan lain, tahu tentang pers hanya sepintas, sehingga bagaimana bisa memberikan bekal ilmu kewartawanan yang baik, benar dan professional bagi para pekerja wartawannya, bagi diri sendiri pun hal tersebut masih terbilang awam. Dengan demikian banyak lahirlah mereka yang dengan begitu gampangnya menyebut dirinya sebagai wartawan, dengan hanya berbekal Kartu Pers, yang terkadang ada yang memilikinya lebih dari 5 ( lima ) Kartu Pers, yang berarti mengantongi Kartu Pers dari 5 ( Lima ) penerbitan pers. Lalu ini salah siapa ?

Dalam konteks yang tampak kompleks ini, alangkah bijaknya jika kita tidak gampang dalam memberikan penilaian dan menyalahkannya. Karena, ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangannya. Petama, karena kurangnya penguasaan pengetahuan tentang pers bagi para pelakunya, sehingga dalam menentukan personalnya terkesan asal cawel, dengan tanpa melalui seleksi atau karena dalam pembelian Kartu Pers berani dengan nominal lebih tinggi dari yang lain, maka dialah yang berhak untuk mendapatkan Kartu Pers, dengan tanpa diketahui latar belakang pengalaman maupun pendidikannya.  

Kenyataan demikian telah membuktikan banyak terlahirnya “wartawan” yang kurang bahkan tidak pantas untuk disebut sebagai wartawan. Dan karenanya, umumnya mereka dalam menjalankan operasionalnya lebih cenderung mencari duit ketimbang mencari yang semestinya harus menjadi prioritas, yaitu mencari berita, dengan melalui cara- cara yang beraneka, bahkan tak jarang menakut- nakuti nara sumber. Dengan cara begitulah mengundang banyak nara sumber yang tidak simpatik, bahkan terkadang berani melakukan pelecehan, karena mereka bicara berdasar pada kenyataan.

Beberapa Cara Untuk Mengatasinya
Pertama, penerbitan pers harus berani melakukan peremajaan personal, termasuk tenaga wartawannya di lapangan, yang dinilai mampu bekerja sesuai dengan peraturan atau etika yang ada yang dilandasi dengan profesionalisme.  
Kedua, sebagai konsekuensi penerbitan pers dengan kemampuan yang dimiliki berani memberikan upah kerja bagi para wartawannya. Dengan cara atau teknis yang beraneka.  
Ketiga, Penerbitan pers harus berani menentukan sikap tegas terhadap pekerja atau wartawannya yang melakukan pelanggaran aturan internal maupun eksternal, seperti kode etik jurnalistik.

Seandainya ketiga hal tersebut benar- benar mendapatkan perhatian yang serius dari para atau kalangan penerbitan pers, maka tak ayal di lapangan tak ada lagi “ Wartawan” tapi yang ada benar- benar Wartawan. Bisakah ? Sepanjang kita punya kemauan keras, kenapa tidak ?!.


                                   Penulis Adalah : Wartawan Koran “ Suara Rakyat” Tegal
                                   Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi ( STIK ) Semarang

Yu Jetun Melu Nyalon

Wayah kiye senajan yu Jetun rayat biasa sing ana nang ngingsoran, tapiken kayong seradan angel kanggo ditemui, mbuh kuwe nang warunge utawa nang umahe. Jare tangga- tanggane uwis pirang- pirang dina kiye yu Jetun sering lunga pyang- pyangan, balike sewayah- wayah. Warunge sing biasa ditunggoni dewek wayah kiye dipercayakaken maring jakwir- jakwire, kaya man Tabran, kang Karso karo kang Karyo. 

Yu Jetun sing wayah kiye sering lunga, saben dina anggo- anggone kaya putri Solo, tapihe mlepet, kebayane nglapet, slendange kena angin persis tangan ngawe- ngawe, awake nyingset persis mbentuk gitar Spanyol. Sapa uwonge, beleh lanang beleh wadon nyawang yu Jetun langka mblengere.

Beleh satitik uwong- uwong sing perek karo yu Jetun sing takon- takon, donge yu Jetun wayah kiye apa sing lagi diluruh ? Krungu- krungu jare jakwire, sajerone Pemilihan Bupati yu Jetun arepan melu- melu daftar dadi Balon ( Bakal Calon ) bupati. Alesane, jare sih kabeh warga Negara nduweni hak kanggo milih utawa dipilih, apa maning yu Jetun senajan bakul warteg tapiken lulusan SMA tur uteke pinter, duwite lumayan akeh, dadi pantes angger yu Jetun melu-melu ndaftar dadi balon bupati.

Let beleh suwe weruh-weruh ana mobil keminclong mandeg tres nang ngarepe warunge yu Jetun. Uwong- uwong sing awan kuwe pada mangan nang warunge yu Jetun pada nyawang, terus pada nylemong, ehhh…… jebule balon ndoro kanjeng ……… ?. Krungu omongan kaya kuwe yu Jetun sing rumangsa arepan melu dadi balon bupati mung mesam- mesem tok, karo ngomong, “ Bener sedulur kabeh, enyong arepan melu ndaftar dadi balon bupati, tulung enyong  didukung, syukur dipilih rika sampeyan kabeh dadi kekarepane enyong bisa klakon, dadi pimpinan daerah sing bisa mengakomodir macem-macem aspirasi sing rayat, toli bisa menuhi kepenginan rayat “, jare yu Jetun karo udar- udar gelungan rambute sing gedene serodane vespa.

Maring uwong- uwong sing awan kuwe sesek pada mangan nang warunge yu Jetun. Beleh basa- basi maning yu Jetun ngomong balak- balakan, “ Pertama enyong melu dadi balon bupati uwis ana uwong sing gelem modali toli wani jed- jedan. Kaping loro, rayat saiki akeh sing uwis paham soal pemilihan balon bupati, dadine mikir- mikir kanggo milih kucing sing nang jerone karung. Ngoware seru tur akeh ngumbar janji sing manis-manis, jebule kenyataane mung mbodoni rayat tok. Mugane enyong arepan masang gulu kanggo mimpin daerah kiye, endah rayat beleh dibodoni melulu”, jare yu Jetun karo jentike nuding- nuding maring sembarang arah. 

Toli uwong- uwong sing pada ngrungokaken pada keprok  karo pada gemboran, “ Hiduppp…. yu Jetun, aja kosih klalen mengko pada milih yu Jetun sing jelas- jelas uwonge nrima apa anane tur pinter, gelem kerja keras karo sapa bae beleh pandang bulu. Hiduppp…. yu Jetun…….?!”. jare uwong- uwong sing ana nang warunge yu Jetun awan kuwe.

“Angger bener- bener yu Jetun arepan maju dadi balon bupati, enyong siap melu berjuang entong- entongan. Kabeh kanca batire enyong karo sapa bae sing enyong kenal tak oprak- oprak kongkon milih yu Jetun. Insya Allah pada nurut. Hidupppp…… yu Jetun……”, jarene, disambut suara “ Hiduppppp…… !!!, semangat, tulus tur heroik “  sing uwong akeh saporete nang ngarep warunge.(*)   

Amankan Lebaran 2012 Polda Jateng Libatkan Belasan Sniper

Slawi, (srtegalnews) – Kepolisian Daerah Jawa Tengah ( Polda Jateng ) kaitan dengan upaya pengamanan pelaksanaan lebaran 2012 atau Idhul Fitri 1433H pada arus mudik dan arus balik, selain mengerahkan duapertiga kekuatan personalnya yang seluruhnya mencapai sekitar 36 ribu personal, juga mengerahkan belasan sniper alias penembak jitu pada 17 titik rawan kejahatan, seperti perampokan, penjambretan, bajing loncat dan lainnya.

Hal itu diungkapkan oleh Kapolda jateng Inspektur Jenderal Didiek Sutomo Tri Widodo dihadapan anggotanya dan sejumlah wartawan, ketika berkunjung ke mapolres Tegal di Slawi, Rabu yang baru lalu.
Ke tujuhbelas titik rawan kejahatan yang ada di jateng, ungkap Kapolda, terdapat di Tegal, Brebes, Pekalongan, Batang, Rembang, Blora, Temanggung, Cilacap, Sragen, Karanganyar, Ampel Boyolali, Klaten. Semarang dan Banyumas serta beberapa daerah lainnya.

“ Pada daerah- daerah itulah pos pengamanan yang ada disana ditempatkan sniper, disamping sejumlah petugas lainnya, termasuk para Kapolres saya perintahkan untuk ikut terjun langsung guna memimpin pengamanan arus mudik dan arus balik lebaran mendatang”, katanya.

Kejahatan yang sering dilakuakan pada daerah- daerah titik rawan dimaksud, masih kata Kapolda, modus yang dilakukan umumnya perampokan, penjambretan, pembeerian minuman yang telah dicampuri obat tidur, korban terlelap harta benda disikat, bajing loncat dan lainnya.hdb/r(srtnews).

Soal Keterlambatan Honor E KTP Bupati Brebes Siap Dijadikan Jaminan

Brebes, (srtnews) – Sejak 4 Juni 20l2 lalu pembayaran honor bagi para petugas belum terbayar. Karenanya untuk melampiaskan kedongkolannya, pada petugas pembuat E KTP (KTP Elektrik) di kabupaten Brebes berencana akan melakukan mogok kerja, mereka menuntut agar haknya tersebut bisa sesegera mungkin dibayarkan.

Keluhan dan reaksi kalangan petugas pembuat E KTP itu tampaknya didengar langsung oleh Bupati Brebes, Agung Widyantoro, SH, Msi, sehingga sesegera mungkin pula bupati mengambil langkah cepat, bahkan berani menjanjikan kepada para petugas pembuat E KTP, bahwa honor mereka akan secepat mungkin dibayar.

“Kaitan ini saya siap menjadi jaminannya, sebab ini sangat penting menyangkut nasib orang banyak, sudah bekerja belum dibayar, jadi wajar kalau mereka itu ,menuntutnya. Dan kaitan ini pula kepada kalangan aparatur Negara, agar kesal;ahan serupa dalam pengelolaan administrasi jangan sampai terulang kembali”, tandasnya.

“Aksi mogok makan itu adalah tindakan salah, sehingga tidak perlu dilakukan. Karenanya kalau ada masalah silakan dibicarakan bersama, dirembug guna mencapai titik temu yang pas dan tidak merugikan siapapun”, demikian bupati Agung memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan usai sholat Tarawih di desa Kalilangkap, Bumiayu, kemarin.mam/r(srtnews).

UU No.14 Th. 2008 Tentang KIP Bentuk Optimalisasi Pengawasan Publik

Slawi, (srtnews) - Informasi media merupakan salah satu sarana prasarana yang memiliki nilai penting dalam pengembangan dan perkembangan suatu bangsa, melalui akurasi informasi tanpa tendensi, karena hal tersebut merupakan salah satu hak azasi manusia untuk mendapatkan pemberitaan yang signifikan. Salah satunya adalah UU No.14 tahun 2008 tentang KIP ( Keterbukaan Informasi Publik ) sebagai salah satu langkah menuju optimalisasi pengawasan publik dengan akurasinya.

Seperti halnya yang dilakukan oleh PPWI ( Persatuan Pewarta Warga Indonesia )salah satu organisasi baru yang dideklarasikan  beberapa waktu lalu oleh beberapa pewarta atau wartawan yang tergabung, dimana organisasi tersebut dibawahi oleh Dewan Penasehat/ Pembina PPWI yakni M.Jumadi, ST,MM,MBA di gedung Rakyat kabupaten Tegal.

“ Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang dalam pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya, dan merupakan bagian penting  bagi ketahanan nasional. Hak akan informasi tersebut juga merupakan hak azasi setiap orang disamping berdasar pada UU.No.40 tahun 1999 juga diperkuat dengan UU.No.14 tahun 2008 tentang KIP ( Keterbukaan Informasi Publik )”.  Jelasnya kepada SR usai acara deklarasi tersebut.
KIP ( Keterbukaan Informasi Publik ) merupakan sarana mengoptimalkan pengawasan publik  terhadap penyelenggaraan Negara dan badan publik lainnya, disamping itu sebagai sesuatu yang mengarah pada kepentingan publik, dimana pengolahannya harus disesuaikan dengan kebutuhan publik dan wacana perkembangan informasi yang disajikan secara akurat tanpa tendensi.hdb/r(srtnews).

Dharma Wanita DPU kab Tegal Beri Santunan Anak Yatim

Written By suararakyat on Wednesday, July 25, 2012 | 12:19 AM

Slawi, (SR) – Sebanyak 25 anak yatim di lingkungan DPU kabupaten Tegal mendapatkan santunan berupa sejumlah uang dan sembako. Pemberian santunan tersebut  sebagaimana diterangkan Ketua DW DPU Kab.Tegal, Ny. Roaini Eling Susiardi, diberikan  dalam rangka pertemuan rutin Dharma Wanita tiap bulan di minggu ke-II, yang berkaitan pula dengan peringatan Tahun Baru Islam yang berlangsung belum lama ini di auditorium DPU setempat.

“ Pemberian santunan berupa uang tunai Rp. 100 Ribu dan sembako untuk masing-masing anak, tahun sebelumnya juga pernah dilakukan, hanya jumlahnya 20 anak. Dan untuk tahun ini meningkat menjadi 25 anak”, ujar Ny. Eling.

Keterangan lain dari Sekertaris DW DPU Kab.Tegal, Meliana, bahwa kegiatan pertemuan rutin tidak dilakukan cuman di pusat atau dikantor DPU saja, tetapi juga di masing-masing UPTD DPU. Maksud dan tujuannya sendiri adalah untuk mempererat talisilaturahmi antar istri-istri pegawai yang ada di DPU dan demi tercapainya persatuan dan kesatuan. Pertemuan rutin tersebut juga didalamnya di adakan arisan dan pemberian doorprise, itu semua untuk pengikat.

“ Dalam pertemuan rutin DW di bulan Desember ini atau akhir tahun ini, Alkhamdulillah kita sudah melaksanakan semua program-program yang ada. DW yang didalamnya juga terdapat beberapa bidang, seperti: bidang sosial dan budaya, pendidikan, dan ekonomi. Bidang sosial dan budaya di dalamnya berupa kegiatan-kegiatan sosial seperti apabila ada salah satu anggota yang sakit, kita menjenguk dan memberi bantuan. Dan juga melakukan ziarah pada saat HUT DW ke pemakaman Amangkurat dengan tujuan mengenang jasa-jasa para Pahlawan. Bid. Pendidikan, lomba ganis: menghias kue, memasak dan kur atau lomba menyanyi DW. Bid. Ekonomi : adanya pra koperasi atau tabungan serta simpan pinjam dll “, tandasnya mengakhiri pembicaraannya dengan SR di ruang kerjanya .hdb®.

SSB DCAB Punya Anak Didik 1000 Orang

Tegal, (SR) – Sejak tahun 1997 di kota Tegal telah berdiri Sekolah Sepak Bola ( SSB ) Daya Cipta Anak Bangsa ( DCAB ), yang dibentuk oleh Agus Effendi, salah seorang pesepakbola di kota Tegal yang begitu peduli terhadap jenis olahraga yang mendunia itu. Sejak berdiri dan bergerak bersama kawan-kawan, kini SSB yang dibidaninya begitu diminati oleh masyarakat, hal ini terbukti, sejak SSB berdiri, kini sudah memiliki 1.000 anak didik.

 “ Anak didik di SSB kami ini, adalah dari usia 9 sampai 19 tahun yang dibagi beberapa kelompok usia “, ungkap Agus Badak, panggilan akrab Agus Effendi ditengah teman- temannya.


 “ Sebetulnya kalau berbicara sejarah pembentukan SSB ini, awal – awalnya memang cukup berat dan panjang sekali bila di ceriterakan, namun untuk apa menengok kebelakang, saya lebih senang berjalan apa adanya, yang penting SSB yang saya bentuk tidak pupus ditengah jalan karena memang memiliki tujuan yang bagus, diantaranya menyalurkan hobby dan bakat generasi muda sekarang, serta setidaknya dapat meminimalisir tindakan negatif yang dalam hal ini adalah karena perkembangan jaman yang menjadikan banyak generasi muda yang terjerumus karena mereka tidak tahu arah. Dan selanjutnya untuk menciptakan pemain- pemain yang bertalenta” Tandas Agus kepada SR saat ditemui di Stadion Yos Soedarso Slerok, tempat melatih siswa Sepak bolanya.


Adanya SSB ini, ungkap Agus, ada beberapa kalangan dan pemerintah Kota Tegal sendiri juga banyak membantu, bahkan dengan bertempat di stadion inilah sebagai salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap sepak bola putra daerah.


“ Kami tidak merasa kurang, hanya saja bila kemudian ada kegiatan di luar kota dan harus diikuti terkadang kami masih bingung soal anggaran pemberangkatan. Namun hal itu tidak memupuskan semangat kami dalam menyalurkan, menjaring dan mendidik generasi muda dalam bidang sepak bola, yang penting kita bisa tetap eksis berjalan sesuai alur dan semangat memajukan persepakbolaan Kota Tegal, semoga kedepannya perhatian pemerintah terhadap  bidang sepakbola akan lebih meningkat lagi “, ujar Agus penuh harap disela-sela kesibukannya melatih anak- anak didiknya.dn®.

Sulap Bungkus Permen Jadi Barang Menarik

Tegal,  (SR) - Ketrampilan mengayam, menyulam, menjahit dan lain-lain tampaknya sudah tidak asing di telinga kita, namun ada satu hal yang  mengundang Tanya, adalah ketrampilan dari bahan daur ulang. Keterampilan daur ulang dari bahan plastik bekas bungkus permen atau makanan ringan lainnya serta yang memiliki warna yang menarik, sengaja diciptakan dan dikembangkan oleh ibu-ibu isrti angkatan laut yang tergabung dalam organisasi kaum istri angkatan laut Jalasenastri Cabang 7 mampu ditata dengan apik, sehingga memunculkan daya tarik.

Kegiatan mendaurulang barang bekas dari bekas bungkus permen dan lainnya itu dilaksanakan pada puncak acara “ Dirgahayu Armada Ke.66 Tahun” di wilayah Lanal Tegal, belum lama ini. Dan hasil keterampilan daur ulang yang dipamerkan  mampu menyedot perhatian tamu undangan, karena selain bentuknya yang unik juga memiliki daya pikat yang spesifik yang ditunjang warna-warni platik tersebut. Disisi lain pembuatannya bisa berbagai macam bentuk diantaranya buah jeruk, pear, mangga dan lain-lain, bahkan dengan ukuran tertentu bisa di bikin variatif tergantung dari besar kecilnya bentuk yang dipesan.

“Keterampilan daur ulang yang terbuat dari bungkus kopi, permen dan lain sebagainya ini memiliki tujuan yang baik, diantaranya untuk kegiatan para ibu-ibu rumah tangga dalam hal ini adalah para istri angkatan laut yang tergabung dalam organisasi Jalasenastri. Dari kegiatan ini diharapkan bisa  pula memasarkannya, sehingga dapat membantu perekonomian rumah tangga”, tandas Ny Ayu frienche F, disela kesibukannya pada puncak acara Dirgahayu Armada yang disampaikan kepada SR, baru- baru ini.

“ Mudah-mudahan kegiatan tersebut benar-benar dimanfaatkan kaum ibu-ibu, bukan hanya dari istri dari kalangan kami, namun dikembangkan dan disosialisasikan kepada banyak orang sehingga akan membawa manfaat secara ekonomis dan arti yang ramah lingkungan”, harapnya.dian b/r.

Tahun Baru

Pirang dina maning enyong rika kabeh arepan ninggalaken tahun 2011 mlebu maring tahun anyar/ Baru, lha kuwe tahun 2012. Muga- muga bae sajerone tahun sing arepan teka mengko, enyong rika kabeh beleh nglakoni maning tindakan sing beleh apik, sekabehe dibuang adoh- adoh, endah awake dewek bisa nglakoni keapikan, dadine nyambetgawe rasane beleh grungsang- grungsung kaya direp- rep Gendruwo. Angger kabeh bisa kaya kuwe, ndeyan bae Negara kiye beleh terus- terusan direp- rep musibah utawa malapetaka macem- macem sing Gusti Allah.

Yu Jetun glendang- glendeng dewek nyambi repot temandang nang pawon warunge sing awan kuwe katon lagi rame akeh wong pada mangan. Sedenge jakwir- jakwire, kaya man Tabran, kang Karso karo kang Karyo katon pada melu ngrewangi yu Jetun, karo melu nyrandu yu Jetun ngglendeng.

“ Kepriben Negara kiye beleh dilaknat daning Gusti Allah, lha wong sing dinei kepercayaan ganing rayat kanggo mimpin, kayong rata- rata katon akeh sing polahe kaya garong. Uwis ngarti gudu gablege lha ka dicaplok. Apa kuwe beleh ngrugikaken rayat sing wayah kiye akeh sing lagi uripe cengap- cengap ambekane wis nang tenggok ?!”, jare man Tabran karo cangkeme ngapit udud klaras mbako jepetan.

“ Ente mbacot sakeras- kerase masa bakalan ana sing gelem ngrungokaken. Soale omongange rika kuwe angger dirungokaken nang waduk rasane nyungglak “, yu Jetun nimpali karo tangane katon repot mesusi beras sing arepan diedang.

“ Angger kaya kuwe terus- terusan, toli awake dewek kudu kepriben ? Ngejor klowor utawa melu- melu njaluk bagen hasil sing korupsi ? “, kang Karso takon.

“ Jare enyong sih suka melu ngruwedi karo njaluk bagen. Nembe angger dijaluk kangelan ngumpulaken jakwir- jakwir kanggo demo. Nembe meneng angger uwis dinei bagen “, kang Karyo melu-melu ngomong.

“ Ente kabeh sing gemiyen goblog terus langka robahe. Mugane ngadepi persoalan sing kaya kuwe ngomonge pada srang- srangan. Ngomong kudu sing porposional, ngritisi kudu professional dilengkapi karo data utawa dokumen aja nganti awur-awuran. Angger bisa kaya kuwe  ndeyan bae akeh koruptor sing pada mencret “, jare yu Jetun karo matane mlotot embuh maring sapa.(*)