Tegal, (srtegal news) – Dunia pers kita pasca reformasi dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks, yang bukan saja menyangkut soal kesejahteraan, akan tetapi lebih sadis lagi adalah persoalan lembaga yang mulia ini bak diobok-obok hingga keruh, bahkan nyaris tak sedikit orang melihat dan menilainya menjijikan, sebab didalamnya jauh lebih banyak jumlahnya meraka yang ngaku berprofesi wartawan, namun pada kenyataannya dalam praktek kerjanya lebih mengedepankan intimidasi, menakut- nakuti dan mengancam korbannya. Dan mereka ada yang mengistilahkan hal tersebut sebagai TO ( Target Operasi ) nya untuk bisa mendapatkan uang dengan nilai lumayan.
Hal tersebut dipaparkan oleh pemimpin umum/ redaksi Koran “ Suara Rakyat” dan srtegal news, Suprapto Harries dihadapan para reporter/ wartawan dan segenap staf serta sejumlah kader wartawan baru yang nantinya akan diterjunklan khusus untuk menangani srtegal news yang akan digarap dengan serius untuk bisa menjadi kompetiter media serupa lainnya. Dimana pemaparan tersebut disampaikan di kantornya, Rabu ( 19/9 ) pagi ketika melakukan staf metting dan pemberian pembelajaran bagi calon wartawan baru yang seluruhnya berpendidikan S.1.
“ Karena sudah menjadi kebutuhan dan keharusan, maka kami lebih menitik beratkan penyeleksian wartawan baru yang berpendidikan S.1 agar kami lebih bisa memberikan pelayanan informasi yang proporsional dan professional kepada public yang semakin pintar. Dan Insya Allah dalam waktu dekat kami ingin memantapkan koordinasi dengan pihak STIK ( Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi ) Semarang untuk melakukan kerjasama, yang sebelumnya pernah dibicarakan dan dibahas bersama kalangan mahasiswa “, ungkap pimred yang konsisten pada dunianya.
Pemred srtegal new ini juga menjelaskan, kaitan fenomena yang terjadi di pelataran pers kita belakangan ini penyebabnya sangat kompleks, bahkan satu sisi dengan sisi- sisi lain saling bergandeng erat bagai mata rantai. Dicontohkannya, missal pada salah satu institusi terjadi kasus manipulasi, yang jelas si oknum takut perbuatannya terkuak. Ketimbang harus menanggung malu dan berurusan dengan hukum, maka dia lebih memilih mengeluarkan uangnya untuk penyelamatan kepada oknum wartawan atau mereka yang ngaku wartawan.
Kemudian pada sisi lain di institusi penegak hukum pun umumnya juga terkadang kedapatan oknum yang “ nakal “, yang hobinya memanfaatkan kesempitan untuk kesempatan, sehingga mengeluarkan uang bagi oknum wartawan atau yang ngaku wartawan menjadi alternatif utama, sebelum kasusnya tercium hukum, yang nantinya juga sama-sama harus mengeluarkan uang. Jadi ini kalau dibahasa Tegalkan ulek mudeng muter- muter kaya entut nang katok “, ujar Harries panggilan akrab bagi pemred srtegal news itu, yang disambut pula dengan tawa oleh peserta rapat.
Meski demikian, tandasnya, karena negara kita ini negara hukum, maka segala bentuk kejahatan harus diselesaikan secara hukum, tanpa terkecuali wartawan sesungguhnya pun kalau kedapatan kerjanya nakal dan bersalah apalagi sampai melakukan tindakan melanggar hukum, maka ya harus diselesaikan secara hukum, sebab wartawan bukanlah mahluk yang kebal hukum.
“ Jadi menurut kami, untuk sementara ini belum ada jurus yang bisa menertibkan oknum wartawan atau mereka yang ngaku wartawan dan kerjanya nakal. Sebab, mereka bekerja juga mengejar-ngejar oknum- oknum profesi lain yang sama- sama kerjanya nakal. Hanya ada satu konsep jitu yang bisa mengatasinya, adalah tegakan benar-benar supremasi hukum “, tandasnya ketika mengakhiri pembicaraannya.tio/dn/r.
Home »
Berita Utama
,
kasuistik
» Wartawan Bukan Mahluk Kebal Hukum Jika Kedapatan Kerjanya Nakal Diproses Hukum Saja