Home » » Minimnya Proyek Bangunan, Banyak Pekerja Nganggur

Minimnya Proyek Bangunan, Banyak Pekerja Nganggur

Written By suararakyat on Monday, October 1, 2012 | 2:26 PM

Tegal, (srtegal.com) – Belakangan ini di Tegal banyak pekerja proyek bangunan ( fisik ) yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, pasalnya proyek dimaksud saat ini sangat minim. Dan karenanya tidak sedikit pula para pekerja yang terpaksa melakukan pekerjaan apa saja yang bisa mereka kerjakan, termasuk bekerja di perumahan- perumahan penduduk, seperti membuat plester dan nambal- nambal tembok.

Dedi ( 31 ) penduduk Debong Kulon, Tegal ( jateng ) misalnya, dia kepada srtegal.com mengungkapkan, aslinya bekerja di perumahan penduduk hasilnya lebih lumayan dibanding ikut bekerja di proyek. Di proyek bangunan besar status kernet/ pembantu paling banter menerima Rp. 40 Ribu, biasanya dipotong oleh mandor proyek Rp. 10 Ribu, yang berarti tinggal Rp. 30 Ribu, dari jumlah itu Rp. 10 Ribu untuk makan/ minum dan rokok, sehingga bekerja dalam sehari hanya tersisa atau hanya membawa uang Rp. 25 Ribu.

Lain halnya kalau bekerja di perumahan penduduk, sehari bisa menghasilkan uang bersih Rp. 50 Ribu. Kata dia, karena sudah menjadi kebiasaan bekerja di perumahan penduduk, pagi hari sebelum bekerja oleh pemilik rumah telah disiapkan sarapan pagi plus minuman, bahkan rokok pun disediakan pula sesuai kesenangan pekerja. Agak siang disediakan makanan kecil dan minuman/ wedang, siang harinya disiapkan makan siang, tak ketinggalan minuman dan rokok.

“ Jadi kalau bekerja di perumahan penduduk hasilnya jauh lebih lumayan. Hanya yang menjadi persoalan bisa bekerja hanya beberapa hari saja. Beda kalau bekerja di proyek besar, bisa bekerja dengan waktu lama, meski dari sisi penghasilan lebih kecil “, ungkapnya.

“ Dari keduanya itu, saya agaknya lebih suka bekerja di proyek besar yang waktunya lama, sehingga tidak menjadi bahan pembicaraan tetangga, karena menjadi penganggur “, tambahnya.
Beda dengan teman kerja Dedi, katanya, kalau di darat tidak ada pekerjaan proyek, terpaksa ikut melaut bersama nelayan mencari ikan, meskipun bekerja di laut merupakan pekerjaan sangat berat dan beresiko tinggi, yang setiap berangkat melaut harus dilakukan selama beberapa hari dan resiko lainnya terkadang bisa mendapatkan ikan banyak, terkadang sangat sedikit, sehingga bekerja selama beberapa hari di tengah laut hasilnya sangat tidak seimbang.

“ Tapi apa boleh buat, yang bisa saya kerjakan hanya itu, kalau saja bisa bekerja yang lain, saya tidak akan memilih bekerja di laut “, katanya kepada srtegal.com, kemarin.tio/r.
Share this article :