Pada 1 Oktober 2012, kita sebagai bangsa Indonesia telah memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Karenanya, tak ada salahnya jika kita memahami kesepahaman yang menjadi dasar, bahwa Pancasila yang kita kaji implementasinya adalah Pancasila yang digali oleh Bung Karno, yang disampaikan pada 1 Juni 1945. Untuk memahami Pancasila yang digali oleh Bung Karno ini memerlukan tiga syarat. Pertama : Memahami alur pikiran Bung Karno. Kedua : memahami situasi dan kondisi Indonesia pada saat Pancasila digali. Dan ketiga : memahami untuk apa Pancasila digali.
Pancasila dikaji dan digali dengan obyek kajian adalah bangsa sebagai suatu entitas, bukan individu ( Declaraton Of Independence ) dan bukan kelompok. Kita ketahui alur pikiran Bung Karno, Bung Karno adalah seorang yang sangat Humanis. Dan karenanya semua tindakan dan pemikirannya didasarkan atas Social Conscience Of Man, kesadaran social manusia (Budi Nurani Manusia). Bung Karno menggunakan cara Analisis yang ilmiah dan dihgabungkan dengan pola berfikir yang sarat dengan nilai budaya yang merasuk dalam senio kehidupannya. Pikiran Dialektik. Radikal. Revolusioner. Adalah hasil pemahamannya tentang pikiran Marx (Historis Materialisme) yang kemudian diadaptasikan ke dalam persoalan perjuangan bangsanya. Dan dua pendekatan pemikiran ilmiah. Yaitu sintetik-induktif dan analitik-deduktif dikonvergensikan dengan manis, tanpa pertentangan.
Sisi lain alur pikiran Bung Karno adalah Historis-Visioner. Lintas waktu sejarah bagi Bung Karno adalah kontinum masa lalu-sekarang-masadepan, oleh karena itu kita alami adalah bagian dari sejarah itu sendiri. Korespondensi, dialogis, interaksi, konsistensi, dan koherensi. Suatu sifat yang menggambarkan yang terbuka, dan ini merupakan bagian sikap ilmiahnya Bung Karno. Konvergensi atau keterpaduan dari Thinking, Sensing, Feeling, Believing. Pemikiran ilmiah orang barat umumnya gabungan dari Thinking dan sensing. Kadang dengan Believing namun sangat jarang dengan Believing. Lintas persoalan, terpadu, intergrate. Saat ini adalah pemikiran multi, inter dan transdisipliner.
Sikon Saat Pancasila Digali :
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tertindas oleh system kapitalisme, kolonialisme, imperialism, dan feodalisme. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Pluralistic, dalam kesukuan, agama, budaya, tingkat social-ekonomi, dan lingkungan kesadaran untuk bersatu belum tumbuh. Indonesia sendiri dari ribuan pulau (17 ribuan) potensi untuk terjadi proses segregasi sangat tinggi. Indonesia kaya dengan keanekaragaman sumber daya alam (Hayati dan Non Hayati), yang dibutuhkan oleh berbagai Negara. Dan Indonesia adalah Negara yang jumlah penduduknya cukup banyak (70-80 Juta saat itu). Indonesia berada dalam posisi Geopolitik-Strategis (Diantara dua benua dan berbagai kepentingan politik dunia). Dan melalui interaksi dengan berbagai agama mulai dari Hindu, Budha, Islam, Kristen. Selama ratusan tahun bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang religius.
Untuk Apa Pancasila Digali ? :
Pancasila digali untuk melenyapkan penindasan bangsa oleh bangsa (Kolonialisme dan Imperialisme) dan penindasan manusia oleh manusia (Kapitalisme dan Feodalisme). Untuk memberikan tutunan perjuangan menuju kesejahteraan kehidupan bagi rakyat Indonesia. Memberikan Ideologi perjuangan bagi rakyat Indonesia (sebagai teori politik dan teori perjuangan). Sebagai dasar dan filsafah Negara, dan filsafah kehidupan rakyat Indonesia, dan memberikan dinamika berfikir (Leitstar Dinamis). Sebagai dasar bagi pendidikan politik rakyat Indonesia. Guide To Action, Gude For Action, dan Guide Of Action.
Yang Dipikirkan Bung Karno :
Adalah bukan idea tau gagasan yang muncul tiba-tiba, adalah gagasan tentang dasar Negara Indonesia merdeka telah dipikirkan oleh Sukarno sejak 1920-an. Gagasan tersebut terkait dengan pikiran, dan pengalaman perjuangan Sukarno sejak usia mudanya. Terkait dengan pasang surutnya pergerakan nasional menuju Indonesia merdeka (Kontinum kebangkitan nasional-deklarasi kebangsaan-Proklamasi kemerdekaan-deklarasi kemerdekaan). Dan rangkaian pendidikan politik yang tidak pernah berhenti, dengan dialog, pidato. tulisan dan praktek perjuangan untuk bersatu dan berdaulat.
( Ditulis : Drs. Soekardjo Dulmadis, dosen Politeknik Tegal ).