Slawi,(srtegal.com) - Berawal dari sebuah rasa keprihatinan terhadap menurunnya
moral pemuda dan menurunnya kebiasaan melakukan kegiatan religi yang dulu
pernah ada dan ramai di kampung, seperti kebiasaan Marhabanan, Al-Barjanji,
pengajian di Musholla dan kegiatan religi lainya. Kini kurang diminati dan
sepi, karena banyaknya pengaruh budaya asing atau barat yang mengakibatkan lunturnya
moral budaya ketimuran.
Kordinator Dadung Jagat Mohammad Lutfi SAg mengatakan, komunitas
Dadung Jagat merupakan para pencinta organisasi dan pemertahan keyakinan yang
berhaluan Ahlussunah Wal jama’ah (Aswaja). Bergerak sesuai dengan arah
keinginan dari sekumpulan masyarakat yang bertujuan untuk mempertahankan budaya
asli di daerahnya.
Dengan pengurusnya berjumlah 45 orang ini selalu memantau
perkembangan arah organisasi dan kayakinan Aswaja, khususnya di wilayah
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Apabila diketahui ada yang kurang sesuai
atau menyimpang dari aturan yang ada dalam organisasi, maka ikut
mengingatkannya.
“Komunitas yang
terbentuk sejak tahun 2009 ini selalu melakukan konsolidasi setiap bulan bahkan
terkadang maju lebih awal, seiring dengan intensitas kegiatan yang ada dan sedang
berjalan,” ujarnya.
Dikatakannya, dalam satu bulan komunitas ini mengadakan
pertemuan secara rutin dan bergilir, pertemuan dilakukan di rumah anggota. Dalam
pertemuan tersebut dilakukan beberapa agenda, seperti Marhabanan, Al-Barjanji,
dan latihan terbang jawa yang merupakan music religi bagi umat islam. Selain
itu juga dilakukan pertemuan rutin tersebut, dapat memperkuat ikatan
silaturahmi antara pengurus dan anggota.
“Kami berharap nuansa religi khususnya di Kecamatan
Balapulang yang dulu pernah marak dan banyak peminatnya khususnya anak-anak
muda dapat kembali semula. Juga moral pemuda yang berbudaya ketimur-timuran
akan tumbuh lagi seperti sediakala,” pungkasnya. hdb®