Bantarkawung, (srtegal.com) – Diwilayah Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes beberapa sekolah dari tingkat SD, SMP, hingga SMA dalam pelaksanaan Pendaftraran Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun 2015 ini mengalami kekurangan siswa sehingga banyak ruang kelas yang bakal kosong tidak digunakan sebagai tempat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), padahal Pemda Brebes telah memprogramkan dan mencanangkan WAJAR 12 tahun dan Kartu Brebes Cerdas untuk membantu masyarakat menyekolahkan anaknya tanpa dibebani biaya alias tanpa ada pungutan/sumbangan yang memberatkan siswa, dengan tujuan 5 tahun kedepan diharapkan Brebes tidak lagi memiliki predikat IPM terendah se Jawa Tengah.
Kepala SMPN 01 Bantarkawung, Sutarjo Spd mengatakan disekolahnya tahun ini target PPDB tidak tercapai, karena kemarin murid yang tamat belajar berjumlah 292 dalam pelaksanaan PPDB tahun ini yang resmi diterima hanya 246 anak, sehingga akan ada ruang kelas yang tidak terpakai, katanya saat ditemui diruang kerjanya kemarin.
‘Terjadinya kekurangan murid dikarenakan diantaranya faktor keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Bantarkawung” jelasnya
Hal yang sama dikatakan Heri Bertus Edi Spd selaku Kepala SMPN 02 Bantarkawung, sekolah yang berada dipelosok desa, tahun ini dalam penerimaan murid baru jumlahnya masih stabil berjumlah 72 anak, menurutnya kekurangan murid penyebabnya selain keberhasilan faktor KB juga dikarenakan banyakmya bermunculan sekolah-sekolah baru milik swasta yang lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal mereka.
“Masyarakat sekarang cenderung menyekolahkan anaknya dengan jarak tempuh yang terjangkau apalagi sekolah negeri maupun swasta sistim pendidikannya sama dan sama-sama dapat bantuan BOS sehingga tidak mengeluarkan biaya lagi”. katanya
Sementara Kepala SMK Al Maarif 02 Bantarkaung, Triyono Spd, menjelaskan sekolah yang mengalami kekurangan murid disebabkan juga faktor kemungkinan sekolah itu tidak memiliki peningkatan prestasi sekolah maupun program nyata yang dipublikasikan kemasyarakat, agar sekolah bisa diminati banyak masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sementara yang ada secara obyektif masing-masing gurunya hanya sibuk masing-masing upaya mengejar sertifikasi saja untuk kepentingan kesejahteraannya tanpa memikirkan akan prestasi sekolah, jelasnya. Imam (R)