Brebes, (srtegal.com) - Mashadi merupakan seseorang yang dipandang layak menerima Kalpataru karena telah konsisten bergerak di lingkungan sejak Tahun 2005 sampai sekarang. Dirinya juga mampu melakukan kreativitas dan inovasi kegiatan dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam lokal dan Sumber Daya Manusia sekitar lokasi kegiatan dan komunitas masyarakat lainnya. Disamping itu, mampu berkolaborasi dengan segenap elemen masyarakat dari berbagai kalangan dalam menggerakan kegiatannya seperti, pemerintah, kelompok basis, LSM Nasional maupun Internasional, Perguruan Tinggi, Pelajar, Masyarakat Seniman dan budayawan sekitar lokasi kegiatan. Juga menggerakan kegiatan ekonomi Masyarakat lokal sekitar kegiatan rehabilitasi mangrove.
Meski berlatar belakang pendidikan perdagangan, menjadi petani adalah pilihan hidup yang Mashadi jalani. Dia lebih memilih mandi lumpur dan mandi keringat diterik matahari yang menggosongkan tubuhnya. Dengan kegigihannya mandi lumpur, dia berhasil menyelamatkan pesisir pantai utara Brebes sehingga beliau mendapat predikat peraih hadiah Kalpataru dari Presiden RI Joko Widodo pada Jumat 5 Mei 2015 lalu di Istana Negara.
“Yang saya lakukan semata-mata untuk menyelamatkan, bumi tempat kita hidup,” tutur Mashadi usai menerima penghargaan tersebut dari Presiden yang didampingi Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE. belum lama ini.
Sejak tahun 2005, dia berhasil melakukan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, pengelolaan pesisir, pemberdayaan masyarakat pesisir dan penguatan kelembagaan kelompok, Kampanye penyadaran masyarakat, pembelajaran dan pendidikan lingkungan bagi pelajar dan perlindungan Kawasan hutan mangrove. “Alhamdulillah, Saya bersama kelompok binaan berhasil menanam 2.260.000 batang mangrove seluas 200 hektare,” tutur suami dari Muryati.
Selain itu, pria kelahiran Brebes 1 April 1971 ini juga melakukan pemberdayaan masyarakat lokal, pemanfaatan potensi lokal, pemanfaatan lahan kritis, kampanye penyadaran masyarakat dan pembelajaran lingkungan, perlindungan kawasan hutan mangrove dengan membentuk satuan tugas penjaga segara (SATGAS GARA ) dan pertanian berkelanjutan.
Manfaat yang didapat dari penyelamatan pesisir dengan mangrove, berdampak positif pada terjaganya wilayah pesisir dari abrasi yang selalu mengancam sebagian wilayah budi daya perikanan di pantura Brebes. Banyak membantu program-program pemerintah di bidang pemberdayaan masyarakat pada umumnya dan program lingkungan hidup dan penghijauan pantai pada khususnya. Terbentuknya sabuk hijau pantai Coastal green belt di sebagian wilayah pesisir Kabupaten Brebes.
Meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya kelompok dampingan terhadap ekosistem pesisir dan dampak global warming dan climate change. Pemanfaatan potensi lokal yang terabaikan untuk peningkatan ekonomi masyarakat pesisir. Membantu mendatangkan program dari NGO,s dalam dan Luar negri serta donasi dari berbagai perusahaan nasional melalui CSR. Banyak membantu peneliti dari dalam negeri, perguruan tinggi dan luar negeri yang membutuhkan dampingan selama kegiatan penelitian dan survey di kawasan pesisir terhadap air, udara/ emisi, tanah/ lumpur, kehati,suhu.
Adapun dampak yang diperoleh dari kreativitas Mashadi menjadikan kondisi air tambak yang semakin membaik, dengan dibuktikan meningkatnya biota laut yang hidup di sekitar hutan mangrove, interusi air laut di lahan persawahan dapat di tahan dan di tekan. Sementara kualitas udara yang ada di sekitar tanaman mangrove yang di rehabilitasi lebih bersih dan sejuk.
Kegiatan rehabilitasi mangrove yang lebih dari 2 Juta batang mampu melindungi tambak tambak petani dari gempuran ombak serta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mampu menangkap sedimen di beberapa titik muara sungai lebih dari 40 Ha. Sementara keaneka ragaman hayati di hutan yang di rehabilitasi semakin nampak bertambah dengan tumbuhnya tanaman tanaman pesisir yang sebelumnya belum ada dan berkurang kini secara alami mulai tumbuh dan berkembang biak, termasuk satwa reptil dan burung.
Mashadi melihat, abrasi yang menggerus daratan pantai dukuh Pandansari Desa Kaliwlingi sejak tahun 1985–2010 berkisar 850 Ha. Efek domino bagi masyarakat berupa hilangnya mata pencaharian, pengangguran, kemiskinan, urbanisasi.
Diapun dengan gigih melakukan rehabilitasi sejak tahun 2007 telah tertanam lebih dari 2 juta batang. Dari langkah kreatifnya 25 Hektar tambak yang terancam dapat terlindungi. Ekosistem pesisir juga berangsur membaik terbukti banyak biota laut yang dapat di manfaatkan masyarakat sebagai mata pencaharian. Sementara sawah yang terkena interusi air laut dapat di tekan dan diolah kembali. “Dari 22 Ha terdampak, dapat dikelola 16 Ha. Terangnya.
Menurutnya lagi, dampak abrasi juga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan kemampuan meningkatkan SDM melalui pendidikan yang lebih layak. Anak-anak Desa Kaliwlingi yang terbatas untuk melanjutkan pendidikan ketingkat SMU dan Perguruan Tinggi. Dengan kekompakan masyarakat sudah berdiri SMP negeri 8 Brebes dan sekarang tengah di rintis SMK Bahari di Desa Kaliwlingi. Tio(R)