Home » , » Media On Line Sangat Berperan Penting Dalam Suatu Perubahan

Media On Line Sangat Berperan Penting Dalam Suatu Perubahan

Written By suararakyat on Monday, June 22, 2015 | 10:21 AM

Brebes, (srtegal.com) - Kontributor NU Online Brebes Wasdiun SIKom (sebelah kiri) menjadi peserta terbaik pada Workshop  Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda. Peserta terbaik lainnya Bagindo Armaidi Tanjung (Padang), Hani (Jakarta) dan Kurniawan (Wonosobo).  Dia dinilai aktif selama mengikuti workshop dan selalu menuangkan ide-ide kreatif pada acara yang digelar di Hotel The Acacia Jalan Salemba Raya Jakarta, Senin-Rabu (15-17/6).
“Alhamdulillah, tak disangka saya mendapatkan penilaian terbaik dari panitia,” ujar Wasdiun yang juga Staf Humas Setda Brebes di Kantor PC NU Brebes usai kembali dari Jakarta, Kamis (18/6) Kemarin.
Acara yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut dibuka Wakil Ketua Umum PBNU KH As'ad Said Ali. Dalam sambutannya Kiai As’ad menegaskan, gerakan radikalisme atau paham garis keras jauh lebih berbahaya ketimbang terorisme. Jika radikalisme berkurang, katanya, maka dengan sendirinya aksi terorisme melemah.
Atas hal itu, penulis buku “Al-Qaeda” ini sangat mendukung ulama muda NU yang berkhidmah di dunia jurnalistik, untuk terus melangkah dalam membangun jaringan komunikasi umat. Jaringan komunikasi, terangnya, harus terus menerus dikembangkan.
“Jaringan komunikasi harus sambung-menyambung guna mengakomodasi NU dan spirit kebangsaan. Jika NU hancur, maka NKRI juga hancur. Begitu pula sebaliknya, tatkala NKRI hancur, maka NU ikut hancur. Di sinilah penting diketengahkan semangat wathaniyah (kebangsaan),” urainya.
Ketika gerakan radikalisme kian merebak melalui jaringan media online, maka warga NU tidak boleh tinggal diam. Perang pikiran atau ide dan perang data mesti diperkuat. “Melalui ide yang diperkuat dengan data, maka kita bisa kokoh. Kita harus berdebat dengan ilmu. Dan ilmu berpangkal pada perpaduan ide dengan keberadaan data,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai As’ad juga menerangkan, Indonesia mesti dipelihara secara berkesinambungan. Sebab, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang bukan sekuler dan tidak pula negara agama. 
“Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang mampu mengawinkan spirit negara agama dengan negara modern. Indonesia kita sudah wathaniyah, menjunjung kebangsaan yang nilai kemanusiaannya cukup kuat,” paparnya.
Sementara Pimpinan Redaksi NU Online Savic Ali menjelaskan, media saat ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Anak sekolah lebih terpengaruh oleh media dibanding dengan gurunya. NU bisa menjadi pandangan umum masyarakat jika kita bisa berperan dalam media, khususnya media online.
Savic menambahkan, bahwa kiai kharismatik masih sangat dibutuhkan oleh sebagai panutan masyarakat serta kiai-kiai di kampung dengan pemahaman Islam yang membumi. Masyarakat kita butuh patron atau kiai. Tetapi, sekarang dengan media, masyarakat tidak butuh bertanya kepada kiai, cukup di media. “Hal ini jadi tantangan besar bagi generasi NU untuk aktif menyebarkan paham NU di tengah masyarakat,” ujarnya.
Dia melanjutkan, fungsi media adalah sebagai katalis untuk melakukan perubahan. Media online lebih murah daripada membangun media cetak sehingga dakwah agama bisa dilakukan melalui online. “Asal kita konsisten dan fokus sehingga terkelola dengan baik,” tuturnya.
Tantangan media Islam moderat sangat besar, ucapnya, karena media didominasi oleh situs-situs radikal. Optimisme media moderat lebih banyak sehingga tantangan bisa dihadapai dengan baik. Internet bisa dimanfaatkan untuk membangun pemahman NU di tengah masyarakat.
“Ciri media sosial adalah viral, sangat kuat, jika kita mampu menciptakan konten. Media sosial juga  mampu mempengaruhi kondisi psikis seseorang.  Nah, jika setiap Pesantren mampu membuat portal Islam tersendiri mempunyai potensi yang sangat besar. Jika tiap pesantren mengumpulkan ribuan alumninya untuk mengisi portal atau situs dengan menulis berita. Sehingga NU akan mendominasi dunia maya,” tukas Savic.
Sedangkan Ahmad Dicky Sofyan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan, Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi besar yang masih sanggup berkarya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tanpa mengharapkan hal-hal aneh, termasuk dalam pemberantasan radikalisme dan terorisme. "NU bukan ormas wani piro (berani berapa)," ujarnya.
Dicky yang mengenyam pendidikan pesantren di Depok, Jawa Barat dan Paiton, Jawa Timur menegaskan, NU satu-satunya ormas Islam yang membantu BNPT dengan tulus. NU bukan ormas wani piro. 
Karena itu, BNPT mengapresiasi dan salut akan pendirian tersebut. “Termasuk dalam isu-isu terorisme, NU benar-benar berperan," kata Dicky.
Menurut dia, NU dilihat sebagai mitra strategis oleh BNPT. Berbicara mengenai NU berarti mempunyai spektrum yang luas. 
Untuk diketahui, BNPT mencanangkan 2015 sebagai "Tahun Damai Dunia Maya". Pencanangan tersebut dilakukan sebagai salah satu cara BNPT untuk menanggulangi potensi terorisme di Indonesia yang dianggap semakin berbahaya sejak era media sosial dimulai beberapa tahun lalu.
Untuk mewujudkan targetnya dalam menekan pertumbuhan terorisme di Indonesia, BNPT mengajak seluruh blogger, aktivis, dan orang-orang yang memiliki pengaruh besar di dunia maya untuk bersama mengkampanyekan "Tahun Damai Dunia Maya". Roni(R) 
Share this article :