Home » » Sarasehan Hari Jadi Kabupaten Brebes Ke-338

Sarasehan Hari Jadi Kabupaten Brebes Ke-338

Written By suararakyat on Tuesday, January 19, 2016 | 2:15 AM


Brebes, (suararakyattegal.com) - Sarasehan pada Hari Jadi ke-338 Kabupaten Brebes seperti balapan argumentasi dari tiga narasumber ‘asing’ asli Brebes. Mereka berargumentasi menginginkan Brebes menjadi daerah yang maju meski harus berjibaku dengan mimpi-mimpi diatas awan. Ada yang berkeinginan Ibu Kota Brebes pindah, buka kran investasi, penduduk ngamen hingga pentingnya organisasi yang sehat. Mereka kupas dalam suasana gayeng yang dimoderatori Atmo Tan Sidik, di Pendopo Bupati Brebes, Sabtu (16/1) kemarin.

Taufiqurrohman Sahuri SH MH mantan Anggota Komisi Yudisional ini menawarkan pentingnya pemindahan Ibu Kota Kabupaten Brebes. Dari dulu, menurutnya Brebes belum ada perkembangan yang signifikan,  kalau saja tidak ada jalan terobosan maka Brebes seperti kaos kaki. Tapi kalau sudah pindah akan jadi seperti papan catur.

Dia menyarankan pemindahan Ibu Kota, jangan yang padat penduduknya. Minimal tanahnya ada 10 hektar. “Bisa jadi anara daerah Sitanggal, Songgom, Larangan, Slatri. Tapi yang paling strategis Sitanggal karena posisi tengah,” kata Taufiq.

Dengan kantor yang pindah, lanjutnya, maka ada perputaran lalu lalang perpindahan pegawai, Jadi mohon maaf kalau ada proses perpindahan jangan dihambat, harus ada kesepahaman yang serempak saling dukung, bangun ide perpindahan Kantor Bupati. “Walaupun ada yang diuntungkan ada yang dirugikan, tapi mohon dukungan semuanya bila perlu audensi dengan DPR pusat, saya siap menemaninya,” ajaknya. 

Taufiq berkeyakinan, di tempat yang baru, perekonomian akan tumbuh. Karena tumbuhnyah rumah-rumah baru, ruko-ruko baru. “Bila di Ibu Kotanya di Sitanggal, maka kotanya akan seperti papan catur sehingga pembangunan akan merata,” ungkapnya. 

Kalaupun terjadi pemekaran, maka Sitanggal bisa dijadikan Kota Madya, sedangkan Bumiayu menjadi Kabupaten Brebes. “Sehingga Bumiayu tidak ada wacana pemisahan diri, itulah mimpi saya,” tegasnya. 

Selain itu, Taufiq juga mengusulkan perlunya Peraturan Daerah (Perda) Pro Investasi. Perda ini sangat penting, karena bisa menjaring investasi yang ada di luar wilayah Brebes. Dalam pandangan Taufiq, secara ekonomi Brebes sudah menjadi gadis yang cantik. Jadi jika di Brebes banyak industri sudah tidak asing lagi, karena telah tersedia jalan tol Pejagan Brebes dan Pelabuhan Tegal. Investor pasti akan mempertimbangkan hal tersebut.

Disamping itu, tenaga kerja di Brebes masih murah, lahan juga banyak, juga aman. Maka regulasi ini perlu untuk memperlancar jalannya investasi. Nah disinilah perlunya dukungan DPRD selain Bupati dan juga masyarakat untuk melaksanakan regulasi. 

Mantan Rektor UPS Tegal Dr Maufur mencermati dari internet, kalau Brebes di tinjau dari SDM, pendidikannya bagus. Terbukti, banyak orang-orang yang sukses di lain daerah. “Mereka pada ngamen di luar daerah, seperti saya,” ungkapnya.

Makanya, dalam perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) nya masih rendah, meskipun saat ini sudah naik satu digit. “Contoh kecil,  orang-orang Brebes yang ikut babat alas mendirikan UPS seperti Nurkholis, Solihin, Ramdon, Solikhin Tanjung, Haryanto, Suhein, Sumiasih, Pambudi, Rohman, dan lain-lain, 70 persennya yang mengelola, menjadi dosen UPS pada saat itu adalah orang Brebes,” ungkap Maufur. 

Persoalannya, kata Maufur, Mereka yang lagi ngamen di luar daerah belum terkoordinir dengan baik untuk memberikan sumbangsih demi kemajuan Brebes. 

Padahal, kalau mau guyub, Brebes memilikin potensi yang sangat luar biasa. Diantaranya penduduk paling banyak, wilayah paling luas, SDM kualitas tinggi yang tersebar, kondusifitasnya sangat tinggi dan kebersamaan sangat bagus.

Selain itu, Maufur juga menyanjung kalau Brebes memiliki Bupati yang sangat energik. “Kayong laka wudele, tiada capainya,” kata Maufur.

Brebes juga unik karena memiliki dua pendopo. Untuk itu, kantong-kantong potensi Brebes di berbagai bidang perlu dikoordinir agar lebih berkembang. Dalam bidang kesenian, olahraga maupun bidang lain yang dapat disentuh untuk dikembangkan. Seperti Bumiayu dengan drumbandnnya, di Larangan dengan atlet binaraga, hal ini perlu ada penghargaan-penghargaan bagi yang prestasi agar dapat memotivasi. Jika penghargaan salah pemberian maka akan mematikan potensi-potensi yang dimiliki. Qoriah diberi penghargaan walaupun sebenarnya mereka tidak mengharapkan. “Prestasi-prestasi yang diraih masih terus bisa dikembangkn dan masih terus ditingkatkan prestasinya,” tandasnya.

Lain lagi dengan Gubernur Akademi Kepolisian (Akpol) Irjen Pol DR H. Anas Yusuf SH MH MM dia melihat kalau Brebes juga miniature Indonesia. Ketika mengikuti pengajian di kediaman Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan ada utusan dari Maroko menyatakan sangat kagum dengan Indonesia. Karena Indonesia pluralistik akan tetapi masih kokoh tetap berdiri dengan persatuan dan kesatuan. Istilah orang jawa toto titi tentrem karto raharjo, kalau mau aman maka perlu ditata negara ini. “Aman merupakan bagian dari modal untuk membangun negara,” tegasnya. 

Contoh saja kemarin teror akan memberi dampak kepercayaan dunia terhadap Indonesia, hal ini dapat terlihat dari harga saham yang langsung bergejolak, sehingga aman sangat penting untuk membangun suatu negara. 

Selain itu, Anas berharap pemimpin Brebes yang handal. Menurutnya, leader harus bisa menggerakan partisipasi yang ikhlas dengan meniru kepemimpinan kita Nabi Muhammad SAW. 
Penegakan hukum yang jelas, jika ada aparat hukum atau penegak hukum yang main-main maka pasti akan dicopot, tidak ampun bagi yang melanggar akan mendapat hukum kode etik dan hukum pidana. Sehingga sangat hati-hati untuk tetap menganut “prudential investgation” kehati-hatian dalam penyidikan. 

Responsif dalam berkembang, ada yang tahu tapi pura-pura tidak tahu. Kesepakatan, konsensus tujuan, kesetaraan agar bisa menerima dari masukan, penyerapan dan pengelolaan anggaran harus efektif dan efisien, akuntabilitas kerja, pemimpin harus punya mimpi.

Setiap bekerja harus mengenal organisasi yang kita mimpin, discanning, di manajemen harus tahu kesehatan organisasi “Organitation Health”. Bagaimana daerah yang bisa didorong untuk maju, bagaimana aksestabilitas?

Dia mencontoh, Sumber Daya Alam (SDA) di Korea Selatan tidak sebagus di Indonesia akan tetapi kemajuan saat ini luar biasa bagus. Dulu, Indonesia membantu Korea Selatan sedangkan sekarang sebaliknya. 

Presiden Korsel terdahulu lebih memilih membangun jalan, hal ini diperolok malah justru ini merupakan arteri negara sehingga mudah mobilitasnya. Saat ini Indonesia sedang mengembangkan arteri pemerintahan sebagai aksesibilitas. 

Di Thailan sangat kecil negaranya tapi agrobisnisnya ada di Indonesia seperti Ayam Thailand, Jambu Bangkok. Di Indonesia sebenarnya memiliki lebih dari Thailan seperti Pisang saja banyak macam ragamnya dari bentuk yang terkecil sampai terbesar seperti pisang tanduk, tapi hal ini tidak cukup menjual SDA. 

Perlu kita bangun tempat-tempat pelatihan, biasanya pejabat selesai maka tidak dilanjutkan padahal setiap pekerjaan harus berkelanjutan. Pada saat Kapolres diPekalongan, Gubernur Pak Mardianto, Bupati Pak Martono, Gubernur bilang sungainya di tengah kota, tetapi saya bilang yang salah orangnya yang tidak aktif menjaga kebersihan di sungai. Bisa dilihat Bu Risma yang menata kota Surabaya yang bagus. 

Di negara-negara maju lautnya sangat dekat dengan perkantoran lain halnya dengan bangsa kita yang masih membuang sampah di sungai. Harusnya semua bahan yang dibuang bisa didaur ulang hal ini seperti di Eropa, buang sampah sendiri-sendiri termasuk sisa makanan disendirikan, seperti air limbah Rumah Tangga memiliki saringan tersendiri. 

Hal ini menjadi renungan bersama bahwa membangun itu fokus. Rumuskan prioritas agar bisa menentukan mana yang lebih dulu dikerjakan, tentukan teknik dan cara dalam mencapainya. “Hal ini harus memilih orang yang tepat, jika seseorang tidak profesional tidak sesuai maka tunggu kehancurannya,” ujarnya.

Pemerintah, termasuk Brebes, harus ada efesiensi anggaran dan pengawasan atau kontrol. Juga harus harus punya mimpi yang dijabarkan seperti visi dan misi.
“Untuk mewujudkan impian, perlu adanya kebijakan untuk mencapai mimpi tersebut, baru buat program-program sesuai dengan anggaran yang ada,” pungkasnya. 

Wakil Ketua Panitia Amrin Alfi Umar MSi menjelaskan, sarasehan diikuti berbagai elemen masyarakat dengan undangan mencapai 1000 orang. Sedikitnya ada 10 orang peserta yang mengajukan pertanyaan hingga usai sarasehan pukul 13.30 WIB.
“Mudah-mudahan sarasehan ini bisa menjadi bahan renungan dan acuan kebijakan di masa yang akan datang,” imbuh Amrin. tio(r)

Share this article :