Home » , , » Bupati Brebes Ajak Pegiat Agama Ikut Sosialisasikan Pilgub Jateng

Bupati Brebes Ajak Pegiat Agama Ikut Sosialisasikan Pilgub Jateng

Written By suararakyat on Monday, April 9, 2018 | 2:06 PM

Brebes, (suararakyattegal.com),- Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE MH mengajak kepada para pegiat agama agar ikut mensosialisasikan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng.  Pasalnya para pegiat agama dinilai memiliki kemampuan untuk mengajak masyarakat dalam berperan serta dalam Pilgub Jateng pada 27 Juni 2018 mendatang.
Hal tersebut disampaikan Bupati saat Pembinaan guru ngaji, imam masjid/mushola, guru Madin, Dai, Pengasuh Pondok Pesantren, Hafidz/Hafidzah Se Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes di aula kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, belum lama ini.
Idza berharap, para ulama jangan jemu-jemu mengajak umat untuk berpartisipasi dalam Pilkada saat di pengajian atau kegiatan agama lainnya. Perlunya ulama ikut sosialisasikan Pilkada, mengingat jumlah personil KPU masih sangat terbatas. Dengan kiprah para ulama diharapkan Brebes menjadi konsusif, aman dan damai.
Menurut Idza, lebih dari 22.000 ulama di Brebes diyakini bisa efektif dalam mensosialisasikan pilkada Jateng.
Idza juga meminta doa kepada para ulama untuk mendoakan Brebes agar terhindar dari bencana. Disamping itu, dengan perjuangan dan perhatian para pegiat agama, semoga bisa terlahir generasi yang saleh dan saleha.
Asisten I bidang pemerintahan dan kesejahteraan sosial Athoillah Syatori merasa bersyukur karena Bupati meneruskan program yang berhubungan dengan pegiat agama.
Hal ini menunjukan Bupati peduli terhadap persoalan agama. Dalam Kitab Ihya ulumudin, kata Athoilllah, kekuasaan dan agama merupakan saudara kembar. Agama sebagai landasan, sedangkan kekuasaan sebagai penjagaan.
"Sesuatu yang tidak memiliki landasan akan tumbang sedangkan sesuatu yang tidak ada kekuasaan maka akan sia sia," ujar Atho yang juga Ketua PC NU Kab Brebes.
Athoilllah menceritakan keunikan Guru ngaji, ketika di era belum ada listrik ada kegiatan kemisan atau bisharoh (iuran) untuk  membeli minyak tanah sebagsi bahan bakar ceplik (sentir) agar saat mengaji mendapatkan bahan bakar untuk lampu penerangan.
Namun ketika musim hujan datang, seketika malam Kamis datang, ternyata hujan besar sehingga anak-anak tidak ada yang berangkat, otomatis harapan mendapatkan uang kemisan, pupus sudah.
Pun demikian ketika listrik sudah masuk desa, ketika uang kemisan sudah ditangan anak anak yang mau ngaji, tergoda pula oleh pedagang Cilok. Akhirnya guru ngaji tetap tabah menularkannya, walau tidak punya honor.
Perhatian pemerintah kepada guru ngaji, sangat mulia karena turut mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa sehingga tidak buta huruf hijaiyah, pungkasnya. tio(r)
Share this article :